Kontroversi Seputar GPT: Apa yang Perlu Anda Ketahui

GPT (Generative Pre-trained Transformer) adalah sistem kecerdasan buatan (AI) yang dapat menghasilkan teks dari prompt apapun. Sistem ini dibangun oleh OpenAI, sebuah laboratorium penelitian AI yang didirikan oleh Elon Musk dan beberapa tokoh teknologi lainnya. GPT memiliki banyak aplikasi potensial di berbagai bidang dan industri, tetapi juga menimbulkan banyak kontroversi seputar etika, keamanan, dan dampak sosialnya.


Apa itu GPT?


GPT adalah sistem AI yang menggunakan teknik deep learning untuk mempelajari pola-pola bahasa dari miliaran teks di internet. Dengan menggunakan model matematika yang disebut transformer, GPT dapat memahami makna dan konteks dari teks input, dan kemudian menghasilkan teks output yang relevan dan koheren.


GPT pertama kali diluncurkan pada tahun 2018 dengan nama GPT-1. Versi ini memiliki 117 juta parameter atau bobot numerik yang menentukan bagaimana model memproses data. Pada tahun 2019, OpenAI meluncurkan GPT-2 dengan 1,5 miliar parameter. Versi ini menunjukkan kemampuan menghasilkan teks yang lebih panjang dan lebih berkualitas.


Pada tahun 2020, OpenAI meluncurkan GPT-3 dengan 175 miliar parameter. Versi ini merupakan model AI terbesar dan tercanggih saat itu. GPT-3 dapat menghasilkan teks dalam berbagai genre dan gaya bahasa, serta menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual atau hipotetis.


Pada tahun 2022, OpenAI meluncurkan ChatGPT sebagai produk komersial pertamanya. ChatGPT adalah alat percakapan berbasis teks yang menggunakan versi terbaru dari GPT yaitu GPT-3.5 dengan 300 miliar parameter. ChatGPT dirancang untuk menjadi lebih ramah pengguna dan kreatif daripada versi sebelumnya.


Pada tahun 2023, OpenAI meluncurkan GPT-4 dengan 1 triliun parameter. Versi ini diklaim sebagai model AI paling kreatif dan paling akurat saat ini. GPT-4 dapat menghasilkan teks dalam berbagai bahasa dan domain pengetahuan, serta melakukan tugas-tugas kompleks seperti pemrograman atau desain grafis.


Apa saja kontroversinya?


GPT memiliki manfaat potensial yang banyak bagi manusia, namun juga menimbulkan tantangan etis, keamanan, dan sosial. Masalah etis yang muncul adalah adanya kekhawatiran bahwa GPT dapat digunakan untuk tujuan yang tidak bermoral atau ilegal, seperti pembuatan hoaks, propaganda, atau ujaran kebencian. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa GPT dapat merusak nilai-nilai budaya atau moral manusia, seperti kejujuran, kreativitas, atau tanggung jawab, dan apakah GPT memiliki hak dan kewajiban sebagai entitas cerdas, seperti privasi, kebebasan, atau akuntabilitas.


Sementara itu, masalah keamanan yang muncul adalah adanya kekhawatiran bahwa GPT dapat menjadi ancaman bagi keamanan siber atau fisik manusia, seperti pencurian data pribadi atau rahasia negara.


Di sisi sosial, ada kekhawatiran bahwa GPT dapat mempengaruhi perilaku atau pandangan manusia, seperti mengubah preferensi, opini, atau emosi mereka. Ada juga kekhawatiran bahwa GPT dapat menggantikan peran atau fungsi manusia di berbagai bidang atau aktivitas, seperti pendidikan, jurnalisme, atau hiburan. Dan beberapa orang khawatir bahwa GPT dapat meningkatkan kesenjangan atau konflik sosial antara kelompok-kelompok manusia yang memiliki akses atau kemampuan yang berbeda terhadap teknologi AI.



Bagaimana cara mengatasinya?


Meskipun kontroversi yang mengelilingi GPT sulit untuk dipecahkan, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengurangi dampak negatifnya dan meningkatkan dampak positifnya. Berikut adalah beberapa contoh tindakan yang dapat dilakukan:


OpenAI: Sebagai pencipta dan pemilik GPT, OpenAI memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa sistemnya digunakan dengan cara yang aman, etis, dan memberikan manfaat bagi manusia. OpenAI dapat melakukan hal-hal seperti:


  • Membuat panduan atau standar etis untuk pengembangan dan penggunaan GPT

  • Membatasi akses atau lisensi hanya kepada pihak-pihak yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab

  • Melakukan audit atau evaluasi berkala terhadap kinerja dan dampak GPT

  • Menyediakan mekanisme laporan atau keluhan bagi pengguna atau masyarakat yang terdampak negatif oleh GPT

  • Melakukan penelitian atau kolaborasi dengan pihak-pihak lain untuk meningkatkan kualitas dan keadilan GPT


Pengguna: Sebagai pengguna GPT, baik individu maupun organisasi, pengguna memiliki tanggung jawab untuk menggunakan sistem dengan bijaksana, kritis, dan bertanggung jawab. Pengguna dapat melakukan hal-hal seperti:


  • Mengetahui dan mematuhi aturan atau regulasi yang berlaku terkait penggunaan GPT

  • Memverifikasi kebenaran dan kredibilitas teks yang dihasilkan oleh GPT

  • Menghormati hak cipta dan privasi sumber teks yang digunakan oleh GPT

  • Menggunakan teks yang dihasilkan oleh GPT sebagai bantuan atau inspirasi, bukan sebagai pengganti pekerjaan manusia

  • Memberikan umpan balik atau saran kepada OpenAI untuk meningkatkan kualitas dan manfaat GPT


Masyarakat: Sebagai masyarakat yang hidup di era AI seperti sekarang ini, masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menyadari dan mengantisipasi perubahan yang dibawa oleh teknologi seperti GPT. Masyarakat dapat melakukan hal-hal seperti:


  • Mempelajari dan mengeksplorasi teknologi AI secara umum dan GPT secara khusus

  • Mendiskusikan dan mengekspresikan pandangan tentang dampak etis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lainnya dari teknologi AI seperti GPT

  • Mendukung atau menentang kebijakan publik yang berkaitan dengan pengembangan dan penggunaan teknologi AI seperti GPT

  • Terus belajar sepanjang hidup untuk meningkatkan literasi digital dan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi AI seperti GPT.



Kesimpulan


GPT adalah sistem AI yang luar biasa dalam hal kemampuan menghasilkan teks dari prompt apapun. Namun demikian, sistem ini juga menimbulkan banyak kontroversi seputar etika, keamanan, dan dampak sosialnya. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara berbagai pihak untuk mengurangi risiko-risiko negatif dan meningkatkan manfaat-manfaat positif dari teknologi ini bagi umat manusia.


Posting Komentar

0 Komentar